BUDIDAYA JAGUNG APLIKASI NASA
Oleh Ruyung Akhbar, SE. Stockist NASA DM.1479
I. PENDAHULUAN
Di Indonesia jagung merupakan komoditi
tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal. PT. Natural
Nusantara berupaya meningkatkan produksi tanaman jagung secara kuantitas,
kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).
II. SYARAT PERTUMBUHAN
Curah hujan ideal sekitar 85-200
mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu
mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim
kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya
akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum
antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun
tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah
antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari
8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan
pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian
optimum antara 50-600 m dpl
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A. Syarat benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik
genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%.
Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam
POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).
B. Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman
sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke
dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan
ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat
saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman
20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah
dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar
kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam
sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang
untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.
C. Pemupukan
Waktu
|
Dosis Pupuk
Makro (per ha)
|
Dosis PUPUK NASA
|
|
Urea (kg)
|
NPK (kg)
|
||
Perendaman benih
|
-
|
-
|
POC NASA 5 tutup +
HORMONIK 2 TUTUP/ 10 lt air
|
Pupuk dasar
|
50
|
50
|
SUPERNASA 3 kg
|
Susulan 1
(2 minggu)
|
50
|
100
|
POC NASA 5 tutup + HORMONIK
1 tutup / 14 liter (tangki)
|
3 minggu
|
-
|
-
|
-
|
4 minggu
|
-
|
-
|
POC NASA 5 tutup + HORMONIK
1 tutup / 14 liter (tangki)
|
Susulan II
(6 minggu)
|
50
|
100
|
POWERNUTRITION 3 kg
POC NASA 5 tutup + HORMONIK
1 tutup / 14 liter (tangki)
|
- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 m bedengan.
Bagaimana cara mendapatkan produk pupuk NASA...???
Bisa menghubungi kami Fast Respon Call/WA 082 346 110 468 an. Ruyung Akhbar, SE.
D. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa
diterapkan :
- Tumpang sari ( intercropping ), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
- Tumpang gilir ( Multiple Cropping ), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
- Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ): pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
- Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) : penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm,
dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan
dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung
berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2
tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1
tanaman/lubang). Panen < 80 hari, jarak tanamnya 20x50 cm (1
tanaman/lubang). Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan
tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu.
E. Pengelolaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak
baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah.
Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai
akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk
mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam
(hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan
sewaktu penanaman.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali.
Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul
kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang
pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan
setelah tanaman berumur 15 hari.
3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan
menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi.
Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan.
Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian
ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang
memanjang.
4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan
penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar
tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih
besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman
jagung.
F. Hama dan Penyakit
1. Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi
kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi
layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit
dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris,
warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat
3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran
tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3)
Sanitasi kebun. (4) semprot dengan BVR atau PESTONA
b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm
diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya
tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis
ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan
penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak
atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya
terdapat di dalam tanah); (3) Semprot BVR atau PESTONA.
2. Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora
maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270
C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing,
kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun
terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami
gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol
berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis
kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim
penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas
tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif diawal tanam
dengan GLIO
b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum.
Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan
dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga
ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi
coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh
permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2)
mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO
c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw
dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat
titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk
berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang.
Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap
penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.
d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC)
Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala:
masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan
dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak
dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian
tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .
e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau
Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw),
Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus
tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian
berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung
varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2)
GLIO di awal tanam.
Catatan
: Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum
mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan
pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan
Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
G. Panen dan Pasca Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam.
Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh
(diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan
jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah
matang fisiologis.
2. Cara Panen
Putar tongkol berikut
kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.
3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang
atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan
sehingga cendawan tidak tumbuh.
4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar
matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.
5. Pemipilan
Setelah kering dipipil dengan tangan
atau alat pemipil jagung.
6. Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.
Untuk Pemesanan Produk Nasa, Konsultasi
dan bagi yang berminat menjadi mitra/distributor
PUPUK NASA segera hubungi :
DIstributor Resmi PT. NATURAL NUSANTARA
RUYUNG AKHBAR. ID STOCKIST DM.1479
ID CARD KEAGENAN : N-452362
CALL, SMS, WA : 082 346 110 468
EMAIL : r_akbar0802@yahoo.com
ruyungakhbar@gmail.com
0 Response to "cara meningkatkan hasil panen jagung"
Posting Komentar